pids
GakuHai koi
no way to say
Posts: 848
|
Post by pids on Nov 1, 2005 1:15:34 GMT 8
waiiiii....... kebiasaan buruk si Alex!!!! lagi2 fic nya BERSAMBUNG!!!! hoeeeeeeee ~~~>_<~~~............ padahal baru mulaiiiiiii..........
|
|
|
Post by Hime on Nov 1, 2005 20:34:55 GMT 8
Nice fic lex ^^ tapi Lexxx sambungannyaaa huehehehehe... Sids nga sabar nehhh~
Yoi... bikin lagi dong fic, tp jgn yang sad ending ya... ;D...
|
|
|
Post by |lFugenCamuil| on Nov 1, 2005 22:15:57 GMT 8
waiiiii....... kebiasaan buruk si Alex!!!! lagi2 fic nya BERSAMBUNG!!!! hoeeeeeeee ~~~>_<~~~............ padahal baru mulaiiiiiii.......... wekekekekekekekekekeke.......pids dah hapal diriku....^^ sabar aja napa...*bahasa yg klise dari alex ini...* soalnya ini tuh cuman pendek ceritanya.... hanny, emang bener deh....baca lebih asyik daripada buat...T^T
|
|
|
Post by |lFugenCamuil| on Nov 1, 2005 22:21:51 GMT 8
Bulan malam hari ini terlihat sama dengan yang ada di Taiwan, saat kita melakukan syuting terakhir dari Moon Child. Saat itu, semalaman hanya ada kau dan aku dalam sebuah mobil. Sama dengan situasi saat ini, tetapi bedanya saat di Taiwan masih ada staff film jauh dibelakang kita. Sedangkan saat ini, kita benar-benar hanya berdua. Hanya kau dan aku di tepian lembah, memandang langit malam dengan desiran ombak di bawahnya. Mungkin hanya aku yang mengingat saat terakhir kita di Taiwan. Bulan purnama yang putih dengan sinarnya yang misterius, tapi memikat untuk dilihat.
Sama seperti dirimu yang sangat indah dan memikat. Aku benar-benar telah terpikat dengan indahya dirimu. Saat ini, kau hanya terduduk diam di sampingku. Memandang lautan malam. Apa yang kaupikirkan, Hyde? Tak dapatkah kau menceritakannya padaku?
“Gacchan, kau tahu rasanya mati?” kau tiba-tiba bertanya padaku. Pandanganmu masih tetap pada laut meskipun kau bertanya padaku.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Tanyaku penasaran. “Apa kau ingin mati, Hyde?”
Kau terkejut mendengar kata-kataku. Kau berpaling dan dengan kedua bola mata abu-abumu kau melihatku. “Bu-bukan begitu. Hanya...itu hanya terlintas begitu saja.” Kau berusaha untuk menjelaskan padaku. “Hanya teringat dengan tokoh Kei dan Sho yang kita perankan. Saat ini sama dengan syutiing terakhir kita di Taiwan ‘kan?” Aku terkejut ternyata kau juga memikirkan hal yang sama denganku.
Aku tersenyum. “Saa...aku juga tidak begitu ingat bagaimana rasanya mati.”
“Ingat?” Kukerutkan keningmu sambil mengucapkan kata itu. “Memang kau sudah pernah mengalaminya?”
“Ya...mungkin bisa dibilang hampir meninggal. Saat aku kecil, dan hampir mati tenggelam di laut Okinawa.”
“Ah. Aku tahu cerita itu.” Kedua alis matamu kini terangkat ke atas. “Teryata benar ya?”
“Kau tidak percaya?”
“Bukan tidak percaya. Habis kalau melihatmu yang seperti sekarang, cerita itu rasanya tidak mungkin.” Aku tertawa mendengar kata-katamu. Dan kau hanya merajuk, dan menyembunyikan usiamu yang lebih tua beberapa tahun dariku. “Lalu, bagaimana rasanya, Gacchan?”
Kau lalu kembali menatap laut hitam di depan. “Dada ini...” Aku memegang dadaku dan melanjutkan kembali kata-kataku. “Terasa sesak, dan di sekitarku gelap dan dingin. Aku sendirian.” Kau kembali melihat padaku, tapi tetap bersandar pada kursi.
“Apa kau merasakan takut?” Kulihat kau memandangkun dengan mata penuh kesedihan. “Apa kau takut, Gacchan?” Kau ulangi lagi pertanyaanmu.
“Takut.” Kuletakkan kedua tanganku di kemudi mobil, dan bersandar padanya. “Iya mungkin. Saat itu tidak ada yang menemaniku. Aku takut, sangat takut. Sampai-sampai, aku phobia pada laut. Tapi dengan berjalannya waktu aku mulai melupakkannya.”
Aku memutar kepalaku untuk melihatmu, melihatmu yang sedang menangis. “Hyde? Kenapa kau menangis?” Aku terkejut. Betul-betul terkejut melihatmu tiba-tiba seperti ini.
“Ti-tidak apa, Gacchan.” Kau usap airmata di pipimu. “Aku hanya merasakan kepedihan dan ketakutanmu. Aku...” Kau tidak melanjutkan kata-katamu lagi. Kulingkarkan kedua tanganku dan menarikmu dalam pelukkanmu. Kau tidak menolaknya dan makin menangis dipelukkanku. “Gacchan, gomenasai. Gomen.”
“Hyde.” Kupeluk erat dirimu. Aku jadi ingin menangis melihatmu seperti ini. “Kau menangis bukan karena mendengar ceritaku. Katakan Hyde, katakan padaku. Apa yang membuatmu sedih. Kumohon...” Bisikku di telingamu.
Aku tak dapat lagi menahan air mataku. Aku menangis di atas kepalamu, diantara hitamnya rambutmu. Sambil tetap memelukmu erat. “Gacchan...?” Kau memanggilku. Aku memejamkan kedua mataku dan menjawab panggilanmu. “Ke-kenapa kau menangis?”
“Karena aku sedih melihatmu seperti ini, Hyde.” Smbil tetap memejamkan kedua mataku, mencegah air mataku keluar lagi.
“Gomenasai ne, Gacchan. Hontou ni gomenasai.” Kau lingkarkan kedua tanganmu dan memelukku. “Aku menangis karena...karena aku sudah salah menentukan jalanku, Gacchan.” Kurasakan jari jemarimu mengenggam kuat kemejaku.
“Salah menentukan jalan?” Tanyaku dan melonggarkan pelukkanku untuk melihatmu lebih jelas. “Apa maksudmu?”
“Megumi, Gacchan. Selama ini aku salah menentukan pilihanku. Menikah dengan orang yang sejak awal tidak kucintai.” Tatapan matamu memancarkan penyesalan dan rasa sedih yang mendalam, dan dapat kulihat jelas di wajahmu. “Karena selama ini aku sudah jatuh cinta pada seseorang. Seseorang yang tidak dapat kugapai. Karena terlalu sulit bagiku untuk mencintainya.”
Keningku berkerut, tidak mengerti jelas dengan apa yang kau katakan. “Hyde, selama ini kau hidup tidak bahagia?”
“Megumi wanita yang baik, aku menyukainya. Tapi bukan cinta Gacchan. Karena...” Kau melepaskan tanganmu dan kembali bersandar pada kursi. “Aku mencinta seseorang yang selama ini selalu bersamaku dan menemaniku. Dia selalu mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan. Dia-...”
“Jangan bertele-tele, Hyde.” Kuputus kata-katamu. “Siapa dia?” Aku betul-betul dibuat penasaran olehmu. Aku...Aku takut mendengar jawabanmu, tapi aku ingin tahu. Dan perasaan ingin tahu ini lebih besar dari pada perasaan takut ini.
“Dia adalah dirimu, Gacchan.” Kau berpaling melihatku. “Aku mencintaimu, sejak kita bertemu.”
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kau katakan. Ini...ini memang yang selama ini kuharapkan keluar dari mulutmu. Ini...ini mimpi? Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu...
“Gacchan?” Kau memanggilku dan memegang tanganku. “Gacchan, mengapa kau melihatku seperti itu?”
Kau tertawa kecil dan melepaskan tanganmu dariku. “Maaf, Gacchan. Mungkin ini menjijikan bagimu. Maaf...lu-lupakan saja apa yang baru saja kukatakan.” Kulihat air mata kembali di pipimu. “Aku...”
Tidak ada yang dapat kukatakan, kutarik dirimu kembali dalam pelukkanku. “Akhirnya.”
“Gacchan?”
“Aku juga, Hyde. Aku mencintaimu.” Kupeluk erat dirimu, takut untuk kehilangan dirimu. Takut bahwa ini hanyalah sebuah mimpi, dan saat terbangun diriku berada sendirian di atas tempat tidurku. “Sejak awal, Hyde.”
“Gacchan.” Kulepaskan pelukanku dan menatap wajahmu. Lalu kuberikan sebuah ciuman di bibirmu yang mungil dan indah. “Aishiteru ne, Gacchan.” Dan menghapuskan airmata di pipimu.
“Kau tahu, Hyde?”
“Ya?”
“Jika saat ini meniggal, aku tidak akan merasakan takut lagi. Karena ada kau di sisiku.”
“Aku akan ikut kemanapun kau pergi, Gacchan. Walaupun itu adalah kematian.” Kau meletakkan kepalamu di dadaku dan memelukku. Aku balik memelukmu. “Aku tidak akan takut.”
“Hyde.”
^^^
segini dulu deh.....jantung ini suda gak kuat nahan sakit kepala...>.<;; ;D
|
|
|
Post by ~ Han-han-ChaN ~ on Nov 1, 2005 22:32:43 GMT 8
nyehehehe, akhirnya nyadar juga Hyde, kalo dia nggackt cinta ma M yuhu Gakuhai foreva
|
|
pids
GakuHai koi
no way to say
Posts: 848
|
Post by pids on Nov 2, 2005 0:29:52 GMT 8
hahahaahaa....... mank napa sakit kepala lex??
|
|
|
Post by Hime on Nov 2, 2005 4:16:25 GMT 8
Alex sakit kepala?! Wahhh... *buru2 nyari obat bwat alex biar bisa cepet bikin terusannya* ;D
|
|
|
Post by |lFugenCamuil| on Nov 3, 2005 22:49:14 GMT 8
tenang dah sembuh kok....^^ obatnya cukup liat Gakuto...>.<//
^^^
Bulan malam hari ini terlihat sama dengan yang ada di Taiwan, saat kita melakukan syuting terakhir dari Moon Child. Saat itu, semalaman hanya ada kau dan aku dalam sebuah mobil. Sama dengan situasi saat ini, tetapi bedanya saat di Taiwan masih ada staff film jauh dibelakang kita. Sedangkan saat ini, kita benar-benar hanya berdua. Hanya kau dan aku di tepian lembah, memandang langit malam dengan desiran ombak di bawahnya. Mungkin hanya aku yang mengingat saat terakhir kita di Taiwan. Bulan purnama yang putih dengan sinarnya yang misterius, tapi memikat untuk dilihat.
Sama seperti dirimu yang sangat indah dan memikat. Aku benar-benar telah terpikat dengan indahya dirimu. Saat ini, kau hanya terduduk diam di sampingku. Memandang lautan malam. Apa yang kaupikirkan, Hyde? Tak dapatkah kau menceritakannya padaku?
“Gacchan, kau tahu rasanya mati?” kau tiba-tiba bertanya padaku. Pandanganmu masih tetap pada laut meskipun kau bertanya padaku.
“Kenapa kau bertanya seperti itu?” Tanyaku penasaran. “Apa kau ingin mati, Hyde?”
Kau terkejut mendengar kata-kataku. Kau berpaling dan dengan kedua bola mata abu-abumu kau melihatku. “Bu-bukan begitu. Hanya...itu hanya terlintas begitu saja.” Kau berusaha untuk menjelaskan padaku. “Hanya teringat dengan tokoh Kei dan Sho yang kita perankan. Saat ini sama dengan syutiing terakhir kita di Taiwan ‘kan?” Aku terkejut ternyata kau juga memikirkan hal yang sama denganku.
Aku tersenyum. “Saa...aku juga tidak begitu ingat bagaimana rasanya mati.”
“Ingat?” Kukerutkan keningmu sambil mengucapkan kata itu. “Memang kau sudah pernah mengalaminya?”
“Ya...mungkin bisa dibilang hampir meninggal. Saat aku kecil, dan hampir mati tenggelam di laut Okinawa.”
“Ah. Aku tahu cerita itu.” Kedua alis matamu kini terangkat ke atas. “Teryata benar ya?”
“Kau tidak percaya?”
“Bukan tidak percaya. Habis kalau melihatmu yang seperti sekarang, cerita itu rasanya tidak mungkin.” Aku tertawa mendengar kata-katamu. Dan kau hanya merajuk, dan menyembunyikan usiamu yang lebih tua beberapa tahun dariku. “Lalu, bagaimana rasanya, Gacchan?”
Kau lalu kembali menatap laut hitam di depan. “Dada ini...” Aku memegang dadaku dan melanjutkan kembali kata-kataku. “Terasa sesak, dan di sekitarku gelap dan dingin. Aku sendirian.” Kau kembali melihat padaku, tapi tetap bersandar pada kursi.
“Apa kau merasakan takut?” Kulihat kau memandangkun dengan mata penuh kesedihan. “Apa kau takut, Gacchan?” Kau ulangi lagi pertanyaanmu.
“Takut.” Kuletakkan kedua tanganku di kemudi mobil, dan bersandar padanya. “Iya mungkin. Saat itu tidak ada yang menemaniku. Aku takut, sangat takut. Sampai-sampai, aku phobia pada laut. Tapi dengan berjalannya waktu aku mulai melupakkannya.”
Aku memutar kepalaku untuk melihatmu, melihatmu yang sedang menangis. “Hyde? Kenapa kau menangis?” Aku terkejut. Betul-betul terkejut melihatmu tiba-tiba seperti ini.
“Ti-tidak apa, Gacchan.” Kau usap airmata di pipimu. “Aku hanya merasakan kepedihan dan ketakutanmu. Aku...” Kau tidak melanjutkan kata-katamu lagi. Kulingkarkan kedua tanganku dan menarikmu dalam pelukkanmu. Kau tidak menolaknya dan makin menangis dipelukkanku. “Gacchan, gomenasai. Gomen.”
“Hyde.” Kupeluk erat dirimu. Aku jadi ingin menangis melihatmu seperti ini. “Kau menangis bukan karena mendengar ceritaku. Katakan Hyde, katakan padaku. Apa yang membuatmu sedih. Kumohon...” Bisikku di telingamu.
Aku tak dapat lagi menahan air mataku. Aku menangis di atas kepalamu, diantara hitamnya rambutmu. Sambil tetap memelukmu erat. “Gacchan...?” Kau memanggilku. Aku memejamkan kedua mataku dan menjawab panggilanmu. “Ke-kenapa kau menangis?”
“Karena aku sedih melihatmu seperti ini, Hyde.” Sambil tetap memejamkan kedua mataku, mencegah air mataku keluar lagi.
“Gomenasai ne, Gacchan. Hontou ni gomenasai.” Kau lingkarkan kedua tanganmu dan memelukku. “Aku menangis karena...karena aku sudah salah menentukan jalanku, Gacchan.” Kurasakan jari jemarimu mengenggam kuat kemejaku.
“Salah menentukan jalan?” Tanyaku dan melonggarkan pelukkanku untuk melihatmu lebih jelas. “Apa maksudmu?”
“Megumi, Gacchan. Selama ini aku salah menentukan pilihanku. Menikah dengan orang yang sejak awal tidak kucintai.” Tatapan matamu memancarkan penyesalan dan rasa sedih yang mendalam, dan dapat kulihat jelas di wajahmu. “Karena selama ini aku sudah jatuh cinta pada seseorang. Seseorang yang tidak dapat kugapai. Karena terlalu sulit bagiku untuk mencintainya.”
Keningku berkerut, tidak mengerti jelas dengan apa yang kau katakan. “Hyde, selama ini kau hidup tidak bahagia?”
“Megumi wanita yang baik, aku menyukainya. Tapi bukan cinta Gacchan. Karena...” Kau melepaskan tanganmu dan kembali bersandar pada kursi. “Aku mencinta seseorang yang selama ini selalu bersamaku dan menemaniku. Dia selalu mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan. Dia-...”
“Jangan bertele-tele, Hyde.” Kuputus kata-katamu. “Siapa dia?” Aku betul-betul dibuat penasaran olehmu. Aku...Aku takut mendengar jawabanmu, tapi aku ingin tahu. Dan perasaan ingin tahu ini lebih besar dari pada perasaan takut ini.
“Dia adalah dirimu, Gacchan.” Kau berpaling melihatku. “Aku mencintaimu, sejak kita bertemu.”
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kau katakan. Ini...ini memang yang selama ini kuharapkan keluar dari mulutmu. Ini...ini mimpi? Aku terdiam, tidak tahu apa yang harus kukatakan padamu...
“Gacchan?” Kau memanggilku dan memegang tanganku. “Gacchan, mengapa kau melihatku seperti itu?”
Kau tertawa kecil dan melepaskan tanganmu dariku. “Maaf, Gacchan. Mungkin ini menjijikan bagimu. Maaf...lu-lupakan saja apa yang baru saja kukatakan.” Kulihat air mata kembali di pipimu. “Aku...”
Tidak ada yang dapat kukatakan, kutarik dirimu kembali dalam pelukkanku. “Akhirnya.”
“Gacchan?”
“Aku juga, Hyde. Aku mencintaimu.” Kupeluk erat dirimu, takut untuk kehilangan dirimu. Takut bahwa ini hanyalah sebuah mimpi, dan saat terbangun diriku berada sendirian di atas tempat tidurku. “Sejak awal, Hyde.”
“Gacchan.” Kulepaskan pelukanku dan menatap wajahmu. Lalu kuberikan sebuah ciuman di bibirmu yang mungil dan indah. “Aishiteru ne, Gacchan.” Dan menghapuskan airmata di pipimu.
“Kau tahu, Hyde?”
“Ya?”
“Jika saat ini meniggal, aku tidak akan merasakan takut lagi. Karena ada kau di sisiku.”
“Aku akan ikut kemanapun kau pergi, Gacchan. Walaupun itu adalah kematian.” Kau meletakkan kepalamu di dadaku dan memelukku. Aku balik memelukmu. “Aku tidak akan takut.”
“Hyde.”
^^^
|
|
|
Post by |lFugenCamuil| on Nov 3, 2005 22:51:04 GMT 8
Angin malam hari ini terasa menusuk sekali ke tulang, mungkin karena berada di sekitar lembah, sehingga terasa begitu dingin. Aku berdiri di pinggir lembah bersama dengan orang yang paling kucintai, dan orang itupun mencintaiku juga. Tidak ada hal lain lagi yang kuinginkan, karena apa yang kuinginkan sudah kudapatkan. Aku tidak butuh yang lain lagi, yang kuinginkan hanya cinta darinya.
Kugenggam erat tangannya. “Hyde, apa kau benar-benar ingin melakukan ini?”
“Kau takut?”
“Tidak. Hanya saja, apa nanti semua orang tidak akan mempertanyakan ini semua?”
“Aku tidak takut nama baikku hancur, Gacchan. Hanya kau yang berharga bagiku.” Kau genggam tanganku erat sambil mengucapkan kata-kata itu. “Karena hanya kau yang kucintai.”
Kudekatkan tubuhku agar kita saling berdiri berdampingan. Dan kulingkarkan tanganku di pinggangmu. “Ya, Hyde. Kau juga merupakan hal yang terpenting bagiku. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi. Tidak akan.” Kupeluk dirimu dan merasakan kehangatan tubuhmu.
“Walaupun ini sangat singkat, Gacchan.”
“Singkat?”
“Ya. Kita saling mengetahui perasaan masing-masing, tanpa menikmati hari-hari untuk bersama.”
Aku tertawa dan menarikmu menjauh sedikit untuk memberimu ciuman, mungkin ciuman yang terakhir kalinya. Aku tidak ingin mengakhiri ciuman ini. Aku...Dan tiba-tiba kurasakan tanganmu melingkar di leherku, seolah bisa membaca pikiranku. Akhirnya aku dan dirimu tenggelam in to passionate kiss. Kau buka mulutmu untuk mempersilahkan lidahku masuk untuk menelusuri mulutmu.
“Un...Gackt...” Kau memanggilku dengan napas terputus-putus. Aku terus melanjutkan apa yang sedang kulakukan. Tangan kiriku turun dan mulai membuka setiap kancing bajumu. Dan kudengar kau memanggilku lagi. “...Gackt...” Mulutku sekarang berada di lehermu, memberikan ciuman dan gigitan, sehingga meninggalkan berkas merah disetiap ciuman yang kuberikan. “Argh...Gackt!” Ternyata gigitan terakhir yang kulakukan agak terlalu kuat, sehingga darah segar mengalir dari lehermu.
“Gomen, Hyde.” Kujilat darah segar itu dan menciummu tepat di bibir lagi. “Boleh kulanjutkan?” Kuberbisik diantara bibirmu yang terbuka. Kau mengangguk menyetujuinya.
“Gackt...Gackt...kau jadi seperti vampir.” Aku tersenyum di kulit lehermu. “Lakukan dengan pelan, Gackt.” Aku mengangguk.
Tanganku meraba bagian dadamu dan terus menurun sampai di bagian yang sensitif. Sehingga membuatmu mengangkat sebagian tubuhmu. Kubuka kancing celanamu. Tapi, tanganmu menghentikannya. “Jangan, Gackt. Di sini bukan tempat yang tepat. Kumohon.”
Aku tersenyum dan menciummu lagi. “Baiklah. Love.” Cukup lama kau dan aku berada dalam situasi tersebut. Berada dalam ciuman dan pelukkan-pelukkan. Aku sungguh mencintaimu, Hyde. Kuharap semua itu dapat kutunjukkan di sini. Aku betul-betul tidak ingin kehilanganmu.
Semua sudah berakhir. Kita duduk di atas rumput hijau sepanjang lembah ini. Kurasakan angin semakin dingin, ketika kita mengakhiri hidup ini. Sebelum itu semua kukatakan satu hal yang sejak tadi kupikirkan. “Hyde, walaupun singkat aku tidak menyesal. Karena selama ini kenangan kita berdua, merupakan kenangan yang indah dan tak akan kulupakan.”
Kupijakkan kakiku pada angin yang berhembus di lembah. Saat itu kusadari, bahwa kita melakukan semua ini untuk cinta. Dan pergi untuk cinta. Kurasakan tubuhku melesat cepat melawan gravitasi dengan kau dipelukkanku. Aku tersenyum dan tidak ada keraguan lagi dalam hatiku untuk mengakhiri semuanya. Selamat tinggal semua. Aku pergi bersama orang yang kucintai di dunia ini.
^^^
|
|
|
Post by |lFugenCamuil| on Nov 3, 2005 22:53:00 GMT 8
“Hyde?” Saat terbangun kulihat sekelilingku. Gelap dan tidak ada suara. “Hyde kau dimana?” panggilku pelan.
Aku berdiri dan mencoba berjalan dalam kegelapan itu, anehnya hanya diriku yang terlihat. Akan tetapi, sekelilingku gelap gulita. “Hyde?”
Tidak ada jawaban darinya. Apakah dia sudah pergi duluan? Hyde?
.......
Aku tersenyum. “Ternyata walaupun sudah meninggal, aku tetap sendirian.” Dan kulihat seberkas cahaya. Kututup mataku dengan sebelah tangan dan membiasakan diri untuk melihat cahaya itu. “Kau sudah di sana ya? Aku akan segera ke sana.”
“Jika...jika kau tidak ada di sana, aku tidak akan bersedih.” Aku berjalan ke arah sinar itu.
“Karena itulah yang kuinginkan. Aku tidak akan menyesalinya.”
....
Aku akan menunggumu, cintaku.
^^^
|
|