Post by ~ Han-han-ChaN ~ on Dec 2, 2005 18:29:16 GMT 8
minna... gomenasai, lama ga nyambung2 baru skrg nyambungin fic nya, enjoy...
here's part 3
Needing You...
Author: HannyChaN
Pairing: GacktxHyde
Genre: PG 13, SA
disclaimer: those 2 bishonen not belong to me, not everyone too
notes: those 2 lovely bish spent the holiday at a remoted resort, after settling some problems in the office, Gackt had to calm Hyde who's angry coz he left him alone again
~____~ gomen if i use mixed indonesian's and english
Part 3
Perapian itu perlahan padam dan menyisakan suara kretek-kretek pelan, namun suara itu cukup untuk membawa kembali kesadaran Hyde. Perlahan matanya terbuka dan menatap sekitarnya, teringat bahwa tadi malam ia tertidur di sofa depan perapian. Perutnya terasa berat, saat ditengoknya, ada tangan yang melingkar diperutnya, dan ia tersenyum.
Gacchan....
Tangannya menyentuh tangan Gackt, tapi tangan itu terasa agak panas, Hyde heran, udara terasa begitu dingin, apalagi perapian sudah hampir mati.
Ia berbalik untuk menatap Gackt, dan mendapatinya masih tertidur. Hyde mengernyit, tak biasanya Gacchan tertidur begitu lama. Disentuhnya pipi Gackt, terasa panas, lalu tangannya beranjak ke dahinya, juga terasa panas. Hyde menyentuh kening Gackt dengan keningnya, jarak yang begitu dekat membuat Hyde merasakan nafas Gackt juga terasa panas dan agak berat.
Gacchan sakit??
Hyde bingung dan menyentuh leher Gackt, mencoba untuk membangunkannya.
"Gacchan, bangun."
"Hm.."
Gackt hanya bergumam dan tetap tertidur. Hyde duduk dan mengguncang badan Gackt agak keras.
"Gacchan, bangun. Gacchan!"
Hyde memanggil ditelinga Gackt. Mata Gackt terbuka, tapi saat melihat cahaya terang, pelupuknya kembali bergerak menutup.
"Aku capek, Hyde. Biarkan aku tidur sebentar lagi."
"Gacchan, kau sakit, badanmu terasa panas. Kau harus tidur dikamar."
"Huh?"
Gackt berusaha untuk bangun, tapi kepalanya terasa pusing, membuatnya terjatuh kembali ke sofa.
"Kepalaku pusing, Hyde. Kenapa, ya?"
"Gacchan, kau sakit."
"Apa?? Aku sakit? Tidak, aku tidak boleh sakit."
Gackt kembali berusaha untuk duduk, tapi karena kehilangan keseimbangan ia harus bersandar pada Hyde. Kepalanya terasa berputar-putar.
"Gacchan, kau sakit, aku panggilkan dokter, ya. Tapi sekarang kau harus tidur dikamar, disini dingin."
"Hyde, kau tidak mengerti kata-kataku? Aku tidak boleh sakit, masih banyak yang harus kukerjakan."
Gackt masih bersikeras kalau dia tidak sakit, tapi badannya yang terasa lemas dan kepalanya yang terasa pusing berlawanan dengan keinginannya. Setelah beberapa saat pusing di kepalanya berkurang, ia menatap Hyde yang duduk disampingnya, matanya tampak memerah.
"Gacchan... ah sudahlah, tunggu disini sebentar ya, nih pakai selimutnya."
Hyde menutupkan selimut yang tadi mereka pakai ke tubuh Gackt, lalu ia pergi ke kamar untuk menyalakan pemanas ruangan. Saat ia kembali ke tempat Gackt, dilihatnya Gackt sudah limbung dan terjatuh tak sadarkan diri.
"Gacchan!"
Suara-suara itu terus berdengung dalam kepalanya, tapi walau ia berusaha keras mengusirnya suara-suara itu tetap tak mau pergi.
"Ugh, pergi."
"Gacchan, kau sudah bangun?"
Hyde berlutut disamping tempat tidur Gackt.
"Huh?"
Pandangan Gackt terlihat kabur, tapi perlahan dilihatnya Hyde dan seorang lain lagi dalam ruangan.
"Kau tadi pingsan, Gacchan. Aku kuatir maka aku memanggil dokter, dan meminta bantuannya untuk membawamu ke dalam kamar. Katanya kau kecapekan, Gacchan."
"Apa?"
Gackt masih berusaha menyesuaikan pandangannya, dan menatap seseorang yang disebut dokter oleh Hyde.
"Benar Gackt-san, anda pingsan karena kelelahan. Tampaknya seharian kemarin perut anda tidak diisi, dan menurut Hyde-san tadi malam anda mandi air dingin, dalam cuaca seperti ini hal itu membuat anda terkena demam. Sebaiknya anda beristirahat selama beberapa hari, minum obat yang akan saya berikan nanti dan makan yang cukup."
"Tapi..."
Gackt berusaha membantah tapi telunjuk Hyde yang menyentuh bibirnya menghentikan kata-katanya.
Hyde berdiri dan membungkuk ke dokter tersebut, mengucapkan terima kasih dan mengantarnya keluar.
Gackt berusaha bangkit dan duduk, tapi kembali rasa pusing itu menyerang kepalanya, ia pun menyerah dan kembali berbaring. Tangannya meraih bantal didekatnya dan memeluknya. Ia frustasi karena masih begitu banyak yang harus dikerjakannya tapi kini ia malah terbaring sakit disini.
Hyde kembali ke kamar dan duduk disisi Gackt, suasana hatinya yang riang tampak begitu jelas terlihat dimukanya.
"Gacchan."
"Hmh."
Gackt mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar dan menatap Hyde, ia sebal karena Hyde tampak begitu gembira.
"Kenapa?"
"Karena sekarang Gacchan sakit, aku yang akan merawatmu. Sebentar lagi asisten dokter itu akan datang membawakan obat untuk Gacchan, sekarang aku akan memasak bubur. Pokoknya Gacchan tenang aja, aku akan tetap disini dan merawatmu."
"Hmh, whatever."
Gackt tidak berusaha menutupi rasa sebalnya dan kembali merenungi langit-langit kamar.
Hyde beranjak pergi, tapi Gackt kembali memanggilnya.
"Hyde?"
"Ya."
Suara Hyde benar-benar mencerminkan perasaan hatinya yang riang.
"Sebenarnya aku nggak akan jatuh sakit kalau tadi malam kau nggak menarikku ikut masuk ke shower dan kena air dingin."
Gackt mencoba menyalahkan Hyde untuk mengalihkan perasaan frustasinya.
Tapi Hyde hanya meringis mendengar kata-kata Gackt.
"Hehe.. gomen Gacchan. Aku masak bubur dulu, ya."
Hyde berlalu dan meninggalkan Gackt yang makin merasa sebal.
Hyde memasukkan garam dan bumbu lainnya ke dalam bubur, lalu mulai mengaduknya.
"Hydeeeee!"
Hyde kaget mendengar teriakan Gackt, membuat sendok pengaduk ditangannya terjatuh dan menumpahkan sedikit bubur dilantai. Hyde menatapnya dengan kesal, sekarang ia harus membersihkan lantai yang kotor.
Tapi karena mendengar teriakan Gackt sekali lagi, buru-buru ia menuju kamar.
"Ya, Gacchan, ada apa?"
"Ha? Uhk, uhk."
Gackt terbatuk-batuk untuk menyamarkan tawanya yang hampir tersembur keluar. Hyde berdiri di depan pintu kamar mengenakan sebuah celemek warna peach bercorak bunga-bunga, membuatnya tampak sangat manis, dan hampir saja Gackt tertawa melihatnya.
"Kenapa memanggilku, Gacchan? Aku belum selesai memasak buburnya."
"Kepalaku masih pusing kalau berdiri, Hyde. Aku minta tolong ambilkan HP-ku, kayanya aku tinggal di kamar mandi tadi malam."
Hyde mengernyit.
"Tapi Gacchan harus istirahat."
"Aku tahu, tapi aku harus bicara dengan beberapa stafku, memberitahu mereka kalau aku sakit dan ada beberapa hal yang harus mereka lakukan untuk konser yang akan datang."
Hyde terdiam dan berpikir sebentar, akhirnya ia mengalah dan menuju kamar mandi untuk mengambil HP Gackt.
"Ini Gacchan. Aku teruskan masak bubur dulu ya."
Hyde mengulurkan HP pada Gackt. Gackt mengucapkan terima kasih dan setelah Hyde berlalu, tawanya ia benamkan dalam tumpukan bantal disebelahnya. Setelah tawanya reda, ia meraih HP yang masih tergeletak di sampingnya, dan mulai menghubungi kantornya. Hanya dua dering yang dibutuhkan sampai ujung satunya lagi menjawab.
"Moshi-moshi."
"Gacchan, buburnya sudah siap."
Hyde memasuki kamar dengan membawa nampan berisi semangkok bubur yang masih mengepulkan asap putih diatasnya, tepat pada saat Gackt menutup sambungan teleponnya.
Oh tidak, aku benci bubur, apalagi aku tidak lapar. Gackt menatap Hyde yang meletakkan nampan berisi bubur itu di meja sebelah tempat tidurnya. Hyde duduk disamping Gackt dan menyentuh keningnya, masih terasa panas, ia heran kenapa asisten dokter itu belum juga datang mengantarkan obat.
"Gacchan makan dulu ya, aku akan menghubungi dokter itu dan menanyakan kenapa obatnya belum juga..."
Kata-kata Hyde terpotong oleh suara lonceng mungil dari pintu depan.
"Ah mungkin itu obatnya, aku ambil dulu ya, Gacchan."
"Hmh."
Gackt hanya bergumam dan menutup matanya, begitu banyak hal yang terlintas dalam pikirannya, membuatnya bertambah pusing.
"Gacchan, ini obatnya."
Hyde meletakkan sekantong obat-obatan disamping bubur yang sekarang sudah mulai mendingin. Gackt hanya menatapnya sekilas, tak berminat dengan apapun yang dibawa Hyde, dan kembali merenungi langit-langit kamar.
"Umm... Gacchan. Buburnya sudah agak dingin, dimakan dulu, ya. Mau kusuapi?"
"Aku tidak lapar, Hyde."
Gackt berpaling dan memunggungi Hyde.
"Tapi kau harus makan, Gacchan. Kalau tidak kau takkan sembuh. Coba sedikit dulu, ya."
Gackt merasakan perutnya keroncongan, akhirnya ia mengalah dan berbalik. Hyde membantunya untuk duduk disangga dengan bantal, sehingga ia bisa makan sambil tiduran.
Hyde mengambil mangkok bubur itu, menyendoknya dan membawanya ke mulut Gackt. Gackt menelannya cepat-cepat, tak tahan dengan rasa bubur, tapi malah membuatnya tersedak.
"Gacchan, makannya jangan langsung ditelan. Ini minum dulu."
"Aku benci bubur, Hyde."
Kata Gackt setelah meminum habis segelas air putih yang diberikan Hyde.
"Oh. Mmm.. kalo gitu, nanti malam aku akan memasak kari untuk Gacchan. Tapi sekarang makan dulu bubur ini."
Hyde sudah bersiap menyuapkan satu sendok bubur lagi, Gackt menatapnya ngeri, tapi ia tahu bahwa ia harus makan karena perutnya benar-benar kelaparan.
"Hyde, kenapa kau tidak masak kari saja sekarang, kalau kau masak kari aku akan makan dengan senang hati."
"Tidak Gacchan, kau harus makan bubur ini dulu, karena hanya ini yang ada sekarang."
Suara Hyde terdengar ketus dan tangannya terulur memaksa menyuapkan bubur yang ada ditangannya ke mulut Gackt.
"Aa..aa..ahk."
Kembali Gackt terbatuk-batuk menerima suapan dari Hyde.
Kalau seperti ini terus aku bisa mati, pikir Gackt disela batuknya, tapi tunggu dulu, aku ada ide.
"Uhk... Hacchan."
"Ya, Gacchan."
"Aku mau memakan habis bubur itu."
"Benarkah?"
Mata Hyde berbinar-binar mendengar kata-kata Gackt.
"Tapi dengan syarat kau menyuapkannya untukku...."
"Bukankah aku sedang menyuapimu sekarang?" Hyde bingung.
"...memakai mulutmu."
"Apa?? Tapi.. tapi..."
"Kenapa? Tidak mau? Ya sudah, buang saja bubur itu ke sampah."
Gackt menunjuk pada mangkok bubur ditangan Hyde.
Hyde ragu-ragu, tapi ia melihat ke bubur yang masih penuh ditangannya, Gackt baru memakannya dua sendok, Hyde benar-benar kuatir dengan kesehatan Gackt, dan ia akan melakukan apapun untuk merawatnya sampai Gackt sembuh.
"Ba..baiklah."
Hyde mengambil sesendok bubur dan memasukkannya kemulutnya, agak susah karena sedikit demi sedikit bubur itu mulai tertelan. Lalu ia maju dan membawanya ke mulut Gackt yang sudah menunggu.
Saat bibirnya menyentuh bibir Gackt, ia membukanya sedikit dan menuangkan bubur dari mulutnya kedalam mulut Gackt. Mau tak mau Gackt menelannya, padahal ia hanya menggoda Hyde, dan tak menyangka Hyde benar-benar akan melakukannya.
Kalau begini terus, sepanci bubur pun akan kuhabiskan, pikir Gackt. Ia menatap Hyde yang kembali memasukkan sesendok bubur dimulutnya, kali ini ia tak sabar dan memegang leher Hyde, membawanya mendekat dan membuka mulutnya pada mulut Hyde.
Hal ini terus berulang sampai bubur di mangkok itu hampir habis. Saat Gackt menyadari bubur itu hampir habis, pada suapan terakhir, setelah menelan buburnya, Gackt memasukkan lidahnya kedalam mulut Hyde, dan mulai menjelajah didalamnya.
Hyde mengerang pelan, mangkok bubur ditangannya terguling tapi ia tak menyadarinya.
Hyde mendekat dan memeluk pinggang Gackt, badannya masih terasa panas. Setelah puas mengecap bibir Hyde, Gackt mencari sasaran baru, leher Hyde yang terbuka kini dikecupnya perlahan. Menimbulkan bekas basah saat lidahnya ikut menjelajah.
Pelukan Hyde semakin mengencang dipinggang Gackt, nafasnya terasa semakin berat, dadanya berdegup kencang. Entah kenapa tiap kali Gackt merasakan tubuhnya, ia selalu merasa seperti itu, seperti saat pertama kali Gackt menyentuhnya.
Kini bibir Gackt kembali ke bibir Hyde, kembali menjelajah dengan rakus. Hyde menyambutnya dan mulai membalas ciuman Gackt, tanpa sadar kakinya naik dan memeluk pinggang Gackt, kini ia duduk di pangkuan Gackt, sementara tangannya memeluk leher Gackt.
"Uhm.. Hyde..."
Hyde membuka mata, pandangannya nanar menatap Gackt.
"Walaupun aku ingin melakukannya, tapi aku masih lemas, dan kau ternyata berat juga, ya."
"Ap..apa??"
Hyde baru menyadari kalau ia duduk dipangkuan Gackt.
"Oh, gomen, Gacchan. Aku.. mmm.. minum obatnya dulu ya, aku akan ke dapur dan mencuci piring."
Dengan gugup Hyde turun dari pangkuan Gackt, mengambil mangkok bubur yang sudah kosong, dan memberikan obat yang harus diminum pada Gackt. Ia tak berani menatap mata Gackt.
Tapi sebelum Hyde beranjak pergi, Gackt menahannya, tangannya meraih lengan Hyde.
"Arigatou Hacchan, aku senang kau yang merawatku."
Bisik Gackt ditelinga Hyde, Hyde hanya tersenyum mendengarnya lalu berlalu ke dapur. Tapi dipintu, kembali Gackt memanggilnya.
"Ada apa, Gacchan?"
"Jangan lupa masak karinya untuk makan malam ya, dan aku juga ingin disuapi seperti tadi lagi."
"Ha..hai.."
Semburat merah muncul di pipi Hyde, membuatnya cepat-cepat pergi dari depan Gackt.
Gackt hanya meringis melihat tingkah Hyde, dan meraih obat yang tadi diberikan Hyde, lalu meminumnya, tapi terbatuk lagi.
"Uhk, obat apa ini, pahiiiiit sekali. Hydeeeeeeee...! Kau beri aku obat apa? Kenapa pahit sekali."
Gackt berteriak, dan sedetik kemudian terdengar suara prang dari dapur.
"Gacchan, kenapa, ada apa?"
Hyde buru-buru masuk ke kamar mendengar teriakan Gackt, tak dihiraukannya bahwa ia baru saja memecahkan gelas karena kaget mendengar teriakan Gackt.
"Obat ini rasanya pahit sekali, aku tidak mau minum."
Gackt melemparkan sebungkus obat ke depan Hyde. Tangannya dilipat dan bibirnya cemberut, tingkahnya kini makin lama makin mirip Hyde. Hyde memahami maksud Gackt, maka ia pun beranjak pergi kembali lagi ke dapur.
"Hyde, kubilang obat ini pahit sekali. Kau mau kemana?"
Hyde berbalik dan menatap Gackt yang masih cemberut diatas tempat tidur.
"Gacchan, aku tahu obat itu pahit, aku juga tidak mau merasakannya, maka aku tidak mau menyuapkannya untukmu."
Jelas Hyde dan ia pun keluar dari kamar, meninggalkan Gackt yang masih terus berteriak-teriak memanggilnya.
"Hyde, aku ingin kau menyuapkan obat ini. Hydeeee....."
Owari ~__^
notes: sebenernya masi pengen g lanjutin lagi, ung... tapi tapi tapi g dah pusing tuju keliling duluan seblom nulisnya, krn dua org itu bener2 honeymoon di pala gue
here's part 3
Needing You...
Author: HannyChaN
Pairing: GacktxHyde
Genre: PG 13, SA
disclaimer: those 2 bishonen not belong to me, not everyone too
notes: those 2 lovely bish spent the holiday at a remoted resort, after settling some problems in the office, Gackt had to calm Hyde who's angry coz he left him alone again
~____~ gomen if i use mixed indonesian's and english
Part 3
Perapian itu perlahan padam dan menyisakan suara kretek-kretek pelan, namun suara itu cukup untuk membawa kembali kesadaran Hyde. Perlahan matanya terbuka dan menatap sekitarnya, teringat bahwa tadi malam ia tertidur di sofa depan perapian. Perutnya terasa berat, saat ditengoknya, ada tangan yang melingkar diperutnya, dan ia tersenyum.
Gacchan....
Tangannya menyentuh tangan Gackt, tapi tangan itu terasa agak panas, Hyde heran, udara terasa begitu dingin, apalagi perapian sudah hampir mati.
Ia berbalik untuk menatap Gackt, dan mendapatinya masih tertidur. Hyde mengernyit, tak biasanya Gacchan tertidur begitu lama. Disentuhnya pipi Gackt, terasa panas, lalu tangannya beranjak ke dahinya, juga terasa panas. Hyde menyentuh kening Gackt dengan keningnya, jarak yang begitu dekat membuat Hyde merasakan nafas Gackt juga terasa panas dan agak berat.
Gacchan sakit??
Hyde bingung dan menyentuh leher Gackt, mencoba untuk membangunkannya.
"Gacchan, bangun."
"Hm.."
Gackt hanya bergumam dan tetap tertidur. Hyde duduk dan mengguncang badan Gackt agak keras.
"Gacchan, bangun. Gacchan!"
Hyde memanggil ditelinga Gackt. Mata Gackt terbuka, tapi saat melihat cahaya terang, pelupuknya kembali bergerak menutup.
"Aku capek, Hyde. Biarkan aku tidur sebentar lagi."
"Gacchan, kau sakit, badanmu terasa panas. Kau harus tidur dikamar."
"Huh?"
Gackt berusaha untuk bangun, tapi kepalanya terasa pusing, membuatnya terjatuh kembali ke sofa.
"Kepalaku pusing, Hyde. Kenapa, ya?"
"Gacchan, kau sakit."
"Apa?? Aku sakit? Tidak, aku tidak boleh sakit."
Gackt kembali berusaha untuk duduk, tapi karena kehilangan keseimbangan ia harus bersandar pada Hyde. Kepalanya terasa berputar-putar.
"Gacchan, kau sakit, aku panggilkan dokter, ya. Tapi sekarang kau harus tidur dikamar, disini dingin."
"Hyde, kau tidak mengerti kata-kataku? Aku tidak boleh sakit, masih banyak yang harus kukerjakan."
Gackt masih bersikeras kalau dia tidak sakit, tapi badannya yang terasa lemas dan kepalanya yang terasa pusing berlawanan dengan keinginannya. Setelah beberapa saat pusing di kepalanya berkurang, ia menatap Hyde yang duduk disampingnya, matanya tampak memerah.
"Gacchan... ah sudahlah, tunggu disini sebentar ya, nih pakai selimutnya."
Hyde menutupkan selimut yang tadi mereka pakai ke tubuh Gackt, lalu ia pergi ke kamar untuk menyalakan pemanas ruangan. Saat ia kembali ke tempat Gackt, dilihatnya Gackt sudah limbung dan terjatuh tak sadarkan diri.
"Gacchan!"
Suara-suara itu terus berdengung dalam kepalanya, tapi walau ia berusaha keras mengusirnya suara-suara itu tetap tak mau pergi.
"Ugh, pergi."
"Gacchan, kau sudah bangun?"
Hyde berlutut disamping tempat tidur Gackt.
"Huh?"
Pandangan Gackt terlihat kabur, tapi perlahan dilihatnya Hyde dan seorang lain lagi dalam ruangan.
"Kau tadi pingsan, Gacchan. Aku kuatir maka aku memanggil dokter, dan meminta bantuannya untuk membawamu ke dalam kamar. Katanya kau kecapekan, Gacchan."
"Apa?"
Gackt masih berusaha menyesuaikan pandangannya, dan menatap seseorang yang disebut dokter oleh Hyde.
"Benar Gackt-san, anda pingsan karena kelelahan. Tampaknya seharian kemarin perut anda tidak diisi, dan menurut Hyde-san tadi malam anda mandi air dingin, dalam cuaca seperti ini hal itu membuat anda terkena demam. Sebaiknya anda beristirahat selama beberapa hari, minum obat yang akan saya berikan nanti dan makan yang cukup."
"Tapi..."
Gackt berusaha membantah tapi telunjuk Hyde yang menyentuh bibirnya menghentikan kata-katanya.
Hyde berdiri dan membungkuk ke dokter tersebut, mengucapkan terima kasih dan mengantarnya keluar.
Gackt berusaha bangkit dan duduk, tapi kembali rasa pusing itu menyerang kepalanya, ia pun menyerah dan kembali berbaring. Tangannya meraih bantal didekatnya dan memeluknya. Ia frustasi karena masih begitu banyak yang harus dikerjakannya tapi kini ia malah terbaring sakit disini.
Hyde kembali ke kamar dan duduk disisi Gackt, suasana hatinya yang riang tampak begitu jelas terlihat dimukanya.
"Gacchan."
"Hmh."
Gackt mengalihkan pandangannya dari langit-langit kamar dan menatap Hyde, ia sebal karena Hyde tampak begitu gembira.
"Kenapa?"
"Karena sekarang Gacchan sakit, aku yang akan merawatmu. Sebentar lagi asisten dokter itu akan datang membawakan obat untuk Gacchan, sekarang aku akan memasak bubur. Pokoknya Gacchan tenang aja, aku akan tetap disini dan merawatmu."
"Hmh, whatever."
Gackt tidak berusaha menutupi rasa sebalnya dan kembali merenungi langit-langit kamar.
Hyde beranjak pergi, tapi Gackt kembali memanggilnya.
"Hyde?"
"Ya."
Suara Hyde benar-benar mencerminkan perasaan hatinya yang riang.
"Sebenarnya aku nggak akan jatuh sakit kalau tadi malam kau nggak menarikku ikut masuk ke shower dan kena air dingin."
Gackt mencoba menyalahkan Hyde untuk mengalihkan perasaan frustasinya.
Tapi Hyde hanya meringis mendengar kata-kata Gackt.
"Hehe.. gomen Gacchan. Aku masak bubur dulu, ya."
Hyde berlalu dan meninggalkan Gackt yang makin merasa sebal.
Hyde memasukkan garam dan bumbu lainnya ke dalam bubur, lalu mulai mengaduknya.
"Hydeeeee!"
Hyde kaget mendengar teriakan Gackt, membuat sendok pengaduk ditangannya terjatuh dan menumpahkan sedikit bubur dilantai. Hyde menatapnya dengan kesal, sekarang ia harus membersihkan lantai yang kotor.
Tapi karena mendengar teriakan Gackt sekali lagi, buru-buru ia menuju kamar.
"Ya, Gacchan, ada apa?"
"Ha? Uhk, uhk."
Gackt terbatuk-batuk untuk menyamarkan tawanya yang hampir tersembur keluar. Hyde berdiri di depan pintu kamar mengenakan sebuah celemek warna peach bercorak bunga-bunga, membuatnya tampak sangat manis, dan hampir saja Gackt tertawa melihatnya.
"Kenapa memanggilku, Gacchan? Aku belum selesai memasak buburnya."
"Kepalaku masih pusing kalau berdiri, Hyde. Aku minta tolong ambilkan HP-ku, kayanya aku tinggal di kamar mandi tadi malam."
Hyde mengernyit.
"Tapi Gacchan harus istirahat."
"Aku tahu, tapi aku harus bicara dengan beberapa stafku, memberitahu mereka kalau aku sakit dan ada beberapa hal yang harus mereka lakukan untuk konser yang akan datang."
Hyde terdiam dan berpikir sebentar, akhirnya ia mengalah dan menuju kamar mandi untuk mengambil HP Gackt.
"Ini Gacchan. Aku teruskan masak bubur dulu ya."
Hyde mengulurkan HP pada Gackt. Gackt mengucapkan terima kasih dan setelah Hyde berlalu, tawanya ia benamkan dalam tumpukan bantal disebelahnya. Setelah tawanya reda, ia meraih HP yang masih tergeletak di sampingnya, dan mulai menghubungi kantornya. Hanya dua dering yang dibutuhkan sampai ujung satunya lagi menjawab.
"Moshi-moshi."
"Gacchan, buburnya sudah siap."
Hyde memasuki kamar dengan membawa nampan berisi semangkok bubur yang masih mengepulkan asap putih diatasnya, tepat pada saat Gackt menutup sambungan teleponnya.
Oh tidak, aku benci bubur, apalagi aku tidak lapar. Gackt menatap Hyde yang meletakkan nampan berisi bubur itu di meja sebelah tempat tidurnya. Hyde duduk disamping Gackt dan menyentuh keningnya, masih terasa panas, ia heran kenapa asisten dokter itu belum juga datang mengantarkan obat.
"Gacchan makan dulu ya, aku akan menghubungi dokter itu dan menanyakan kenapa obatnya belum juga..."
Kata-kata Hyde terpotong oleh suara lonceng mungil dari pintu depan.
"Ah mungkin itu obatnya, aku ambil dulu ya, Gacchan."
"Hmh."
Gackt hanya bergumam dan menutup matanya, begitu banyak hal yang terlintas dalam pikirannya, membuatnya bertambah pusing.
"Gacchan, ini obatnya."
Hyde meletakkan sekantong obat-obatan disamping bubur yang sekarang sudah mulai mendingin. Gackt hanya menatapnya sekilas, tak berminat dengan apapun yang dibawa Hyde, dan kembali merenungi langit-langit kamar.
"Umm... Gacchan. Buburnya sudah agak dingin, dimakan dulu, ya. Mau kusuapi?"
"Aku tidak lapar, Hyde."
Gackt berpaling dan memunggungi Hyde.
"Tapi kau harus makan, Gacchan. Kalau tidak kau takkan sembuh. Coba sedikit dulu, ya."
Gackt merasakan perutnya keroncongan, akhirnya ia mengalah dan berbalik. Hyde membantunya untuk duduk disangga dengan bantal, sehingga ia bisa makan sambil tiduran.
Hyde mengambil mangkok bubur itu, menyendoknya dan membawanya ke mulut Gackt. Gackt menelannya cepat-cepat, tak tahan dengan rasa bubur, tapi malah membuatnya tersedak.
"Gacchan, makannya jangan langsung ditelan. Ini minum dulu."
"Aku benci bubur, Hyde."
Kata Gackt setelah meminum habis segelas air putih yang diberikan Hyde.
"Oh. Mmm.. kalo gitu, nanti malam aku akan memasak kari untuk Gacchan. Tapi sekarang makan dulu bubur ini."
Hyde sudah bersiap menyuapkan satu sendok bubur lagi, Gackt menatapnya ngeri, tapi ia tahu bahwa ia harus makan karena perutnya benar-benar kelaparan.
"Hyde, kenapa kau tidak masak kari saja sekarang, kalau kau masak kari aku akan makan dengan senang hati."
"Tidak Gacchan, kau harus makan bubur ini dulu, karena hanya ini yang ada sekarang."
Suara Hyde terdengar ketus dan tangannya terulur memaksa menyuapkan bubur yang ada ditangannya ke mulut Gackt.
"Aa..aa..ahk."
Kembali Gackt terbatuk-batuk menerima suapan dari Hyde.
Kalau seperti ini terus aku bisa mati, pikir Gackt disela batuknya, tapi tunggu dulu, aku ada ide.
"Uhk... Hacchan."
"Ya, Gacchan."
"Aku mau memakan habis bubur itu."
"Benarkah?"
Mata Hyde berbinar-binar mendengar kata-kata Gackt.
"Tapi dengan syarat kau menyuapkannya untukku...."
"Bukankah aku sedang menyuapimu sekarang?" Hyde bingung.
"...memakai mulutmu."
"Apa?? Tapi.. tapi..."
"Kenapa? Tidak mau? Ya sudah, buang saja bubur itu ke sampah."
Gackt menunjuk pada mangkok bubur ditangan Hyde.
Hyde ragu-ragu, tapi ia melihat ke bubur yang masih penuh ditangannya, Gackt baru memakannya dua sendok, Hyde benar-benar kuatir dengan kesehatan Gackt, dan ia akan melakukan apapun untuk merawatnya sampai Gackt sembuh.
"Ba..baiklah."
Hyde mengambil sesendok bubur dan memasukkannya kemulutnya, agak susah karena sedikit demi sedikit bubur itu mulai tertelan. Lalu ia maju dan membawanya ke mulut Gackt yang sudah menunggu.
Saat bibirnya menyentuh bibir Gackt, ia membukanya sedikit dan menuangkan bubur dari mulutnya kedalam mulut Gackt. Mau tak mau Gackt menelannya, padahal ia hanya menggoda Hyde, dan tak menyangka Hyde benar-benar akan melakukannya.
Kalau begini terus, sepanci bubur pun akan kuhabiskan, pikir Gackt. Ia menatap Hyde yang kembali memasukkan sesendok bubur dimulutnya, kali ini ia tak sabar dan memegang leher Hyde, membawanya mendekat dan membuka mulutnya pada mulut Hyde.
Hal ini terus berulang sampai bubur di mangkok itu hampir habis. Saat Gackt menyadari bubur itu hampir habis, pada suapan terakhir, setelah menelan buburnya, Gackt memasukkan lidahnya kedalam mulut Hyde, dan mulai menjelajah didalamnya.
Hyde mengerang pelan, mangkok bubur ditangannya terguling tapi ia tak menyadarinya.
Hyde mendekat dan memeluk pinggang Gackt, badannya masih terasa panas. Setelah puas mengecap bibir Hyde, Gackt mencari sasaran baru, leher Hyde yang terbuka kini dikecupnya perlahan. Menimbulkan bekas basah saat lidahnya ikut menjelajah.
Pelukan Hyde semakin mengencang dipinggang Gackt, nafasnya terasa semakin berat, dadanya berdegup kencang. Entah kenapa tiap kali Gackt merasakan tubuhnya, ia selalu merasa seperti itu, seperti saat pertama kali Gackt menyentuhnya.
Kini bibir Gackt kembali ke bibir Hyde, kembali menjelajah dengan rakus. Hyde menyambutnya dan mulai membalas ciuman Gackt, tanpa sadar kakinya naik dan memeluk pinggang Gackt, kini ia duduk di pangkuan Gackt, sementara tangannya memeluk leher Gackt.
"Uhm.. Hyde..."
Hyde membuka mata, pandangannya nanar menatap Gackt.
"Walaupun aku ingin melakukannya, tapi aku masih lemas, dan kau ternyata berat juga, ya."
"Ap..apa??"
Hyde baru menyadari kalau ia duduk dipangkuan Gackt.
"Oh, gomen, Gacchan. Aku.. mmm.. minum obatnya dulu ya, aku akan ke dapur dan mencuci piring."
Dengan gugup Hyde turun dari pangkuan Gackt, mengambil mangkok bubur yang sudah kosong, dan memberikan obat yang harus diminum pada Gackt. Ia tak berani menatap mata Gackt.
Tapi sebelum Hyde beranjak pergi, Gackt menahannya, tangannya meraih lengan Hyde.
"Arigatou Hacchan, aku senang kau yang merawatku."
Bisik Gackt ditelinga Hyde, Hyde hanya tersenyum mendengarnya lalu berlalu ke dapur. Tapi dipintu, kembali Gackt memanggilnya.
"Ada apa, Gacchan?"
"Jangan lupa masak karinya untuk makan malam ya, dan aku juga ingin disuapi seperti tadi lagi."
"Ha..hai.."
Semburat merah muncul di pipi Hyde, membuatnya cepat-cepat pergi dari depan Gackt.
Gackt hanya meringis melihat tingkah Hyde, dan meraih obat yang tadi diberikan Hyde, lalu meminumnya, tapi terbatuk lagi.
"Uhk, obat apa ini, pahiiiiit sekali. Hydeeeeeeee...! Kau beri aku obat apa? Kenapa pahit sekali."
Gackt berteriak, dan sedetik kemudian terdengar suara prang dari dapur.
"Gacchan, kenapa, ada apa?"
Hyde buru-buru masuk ke kamar mendengar teriakan Gackt, tak dihiraukannya bahwa ia baru saja memecahkan gelas karena kaget mendengar teriakan Gackt.
"Obat ini rasanya pahit sekali, aku tidak mau minum."
Gackt melemparkan sebungkus obat ke depan Hyde. Tangannya dilipat dan bibirnya cemberut, tingkahnya kini makin lama makin mirip Hyde. Hyde memahami maksud Gackt, maka ia pun beranjak pergi kembali lagi ke dapur.
"Hyde, kubilang obat ini pahit sekali. Kau mau kemana?"
Hyde berbalik dan menatap Gackt yang masih cemberut diatas tempat tidur.
"Gacchan, aku tahu obat itu pahit, aku juga tidak mau merasakannya, maka aku tidak mau menyuapkannya untukmu."
Jelas Hyde dan ia pun keluar dari kamar, meninggalkan Gackt yang masih terus berteriak-teriak memanggilnya.
"Hyde, aku ingin kau menyuapkan obat ini. Hydeeee....."
Owari ~__^
notes: sebenernya masi pengen g lanjutin lagi, ung... tapi tapi tapi g dah pusing tuju keliling duluan seblom nulisnya, krn dua org itu bener2 honeymoon di pala gue