Gackt membuka matanya saat didengarnya suara getaran lirih dari meja disampingnya. HP-nya memang sengaja diset dalam mode getar tadi malam, dan kini benda itu bergerak sedikit mengikuti getaran. Diliriknya sosok mungil yang masih terbaring disampingnya, perlahan diangkatnya tangan Hyde yang masih melingkar di lehernya.
Bagus, dia masih tidur. He's so kawaii, especially when he's asleep.
dikecupnya pipi Hyde sekilas, lalu dia bangkit, menarik sehelai selimut untuk menutupi tubuhnya, meraih HP-nya dan berjalan keluar kamar, berusaha untuk tak membangunkan Hyde.
Sedangkan Hyde tak terganggu sedikit pun oleh gerakan-gerakan Gackt, dan masih tertidur lelap.
Satu jam kemudian Gackt kembali memasuki kamar, disamping tempat tidur dia tetap berdiri, termangu memandangi makhluk kawaii yang masih tertidur itu. Ia benci melakukan ini, tapi ia harus melakukannya, ia harus memberitahukan pada Hyde kalau dia akan pergi ke Tokyo hari ini, kalau tidak, akan terjadi 'perang' lagi diantara mereka berdua.
Gackt membungkuk, berbisik ditelinga Hyde dan mengguncangnya sedikit.
"Hacchan....gomen, tapi aku harus pergi sebentar."
Hyde hanya bergumam dan tetap tertidur. Gackt berbaring disamping Hyde, tangannya menelusup masuk ke dalam selimut dan memeluk pinggang Hyde.
"Hyde, wake up, aku harus pergi ke Tokyo hari ini."
Gackt berkata dengan agak keras ditelinga Hyde.
"Nani?"
Hyde langsung terbangun mendengar ucapan Gackt. Matanya menatap Gackt dengan tajam, kantuk sudah tak ada lagi disana. Gackt tak menjawab. Hyde tetap menatap Gackt dengan tajam, begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam hatinya, tapi semua itu ditahannya saat dilihatnya tatapan mata Gackt. Disana yang ada hanya kelelahan dan penyesalan.
Setelah beberapa saat Hyde menelan lagi semua kata-kata amarahnya, ia memejamkan mata, tangannya terulur memeluk leher Gackt.
"Its ok, Gacchan. Pergilah."
Gackt kaget dengan reaksi Hyde, ia sudah siap dengan segala kemarahan Hyde, tapi kini saat Hyde membiarkannya pergi tanpa amarah, Gackt merasa bingung.
"Keperluanmu pasti begitu penting sampai kau harus kembali ke Tokyo hari ini. Pergilah, Gacchan, aku akan menunggumu disini."
Kembali dirasakan ada air menggenang dipelupuk mata Gackt, tapi kini air itu tak bisa ditahannya, dan sekarang butirannya mengalir turun. Ibu jari Hyde mengusap aliran itu lalu menyentuh bibir Gackt dengan bibirnya. Gackt memejamkan mata dan membuka bibirnya menyambut Hyde, hingga lidah Hyde bisa dengan leluasa menelusup masuk dan menjelajah di dalam Gackt, mulut Gackt terasa segar, penuh dengan aroma mint, penyegar mulut yang selalu dia pakai setiap hari. Gackt mempererat pelukannya, dirasakan Hyde yang begitu hangat dalam mulutnya, membuat hatinya terasa bahagia dan sedih disaat yang bersamaan.
Hyde melepaskan bibir Gackt dan mendorongnya menjauh.
"Pergilah, Gacchan."
"Aku akan kembali sebelum makan malam, Hyde."
Gackt mengacak rambut Hyde dengan sayang, mengecup keningnya, lalu bangkit dan pergi.
Setelah didengarnya suara pintu depan yang tertutup, Hyde memeluk bantal yang tadi dipakai Gackt, membenamkan mukanya disana, dan menangis tanpa suara.
Entah berapa lama Hyde menangis, sampai akhirnya ia tertidur lagi. Samar didengarnya lagu Gwen Stefani kembali mengalun.
HP Gacchan ketinggalan?
Hyde membuka mata dan menoleh ke arah meja kecil disamping tempat tidur, tapi disana hanya ada HP-nya.
Ah, Gacchan, kamu iseng banget, ringtone-ku juga diganti pake lagu Gwen.
Hyde meraih HP-nya, ada nama seseorang yang sangat dikenalnya tampak dilayar.
"Moshi-moshi. Ada apa, Tetchan?"
"Doihachan, kamu masih di resort?"
"Iya. Tenang Tetchan, aku akan kembali beberapa hari lagi, saat acara talk show di radio Shinsoku minggu depan aku sudah ada di Tokyo lagi."
"Bukan itu. Um.. Gackt tidak ada disitu 'kan?"
"Gacchan ke Tokyo hari ini. Ada urusan penting, tapi nanti malam akan kembali lagi kesini."
"Tadi aku lihat di acara TV, kantornya dirusak orang, ya."
"Un."
"......"
"Kenapa Tetchan, kok diam? Apa yang terjadi?"
Hyde duduk, mencoba mendengarkan ucapan Tetsu dengan lebih jelas.
Diujung lain Tetsu sudah menutup teleponnya, tapi Hyde tak menyadarinya, kini HP itu hanya mengeluarkan bunyi tut-tut yang berisik, dan Hyde tetap tak menghiraukannya.
Tetesan-tetesan air itu terasa perih mengenai kulitnya yang halus, tapi Hyde tak menyadarinya, dan tetap berdiri mematung dibawah pancuran air shower yang memancar begitu deras.
Perlahan diputarnya keran, dan tetesan air itupun berhenti, Hyde melangkah keluar, membungkus tubuhnya dengan handuk dan menatap pantulan wajahnya dicermin.
Akibat pancuran air yang begitu keras, kini kulitnya yang putih berwarna kemerahan. Seharian ini dihabiskannya dengan terus menangis, kini saat dipikirnya tak ada air mata yang bisa mengalir lagi, matanya mulai basah lagi.
Gacchan, benarkah kau menghamili gadis itu? Hingga orangtuanya mengamuk dan menghancurkan kantormu.
Pertanyaan itu terus bergaung didalam hati Hyde.
Tetsu tadi menelepon untuk memberitahukan bahwa tersebar berita kalau Gackt telah menghamili seorang gadis, salah satu mantan stafnya, sehingga orangtua gadis itu mengamuk dan merusak kantor Gackt.
Hyde kecewa, tak tahu harus percaya pada siapa tentang berita itu, lagipula Gackt tak memberitahukan masalah ini padanya. Sebagai orang yang dekat dengan Gackt, ia merasa berhak tahu mengenai apa saja yang terjadi padanya, karena untuk itulah mereka bersama, saling berbagi dalam suka dan duka.
Ia merapatkan jaket saat angin yang dingin menerpanya, kakinya terus melangkah menuju bar diujung jalan.
Malam ini aku tak mau menangisi sesuatu yang tak berguna lagi, tekad Hyde.
Syal yang melingkar dilehernya dilepas saat ia memasuki ruang, udara didalam bar itu cukup hangat.
Setelah beberapa gelas, dirasakannya perasaan bahagia dan melayang yang aneh. Bartender yang diberada dibalik meja, orangnya cukup ramah dan mau meladeni Hyde yang mulai meracau.
"Hyde-san, ini sudah pk. 02.00 pagi, lagipula anda sudah mabuk, sebaiknya anda berhenti minum."
"Tidak kok, aku belum mabuk."
"Apa anda kuat berjalan sampai ke villa nanti?"
"Berjalan 1000 km saja aku masih kuat, aku TIDAK mabuk."
Hyde bersikeras.
"Lihat, aku tidak mabuk 'kan?"
Hyde bangkit dari kursinya dan berjalan sempoyongan ke arah pintu. Hampir saja ia menabrak meja dan terjatuh, namun bartender itu sigap dan segera berlari menangkap tubuh itu sebelum menyentuh lantai.
"Oh arigatou, itu gara-gara ada batu, aku jadi tersandung."
Hyde menunjuk ke lantai, dimana tak ada batu dimanapun.
"Hyde-san, anda sudah tak kuat lagi berjalan, akan saya antar anda sampai ke villa, tapi saya akan mengunci dan merapikan bar sebentar. Anda tunggu dulu disini."
Bartender itu mendudukkan Hyde disebuah kursi dekat pintu keluar.
Hyde menurut dan karena pusing, kepalanya direbahkan di meja. Pandangan matanya menerawang keluar. Tiba-tiba dilihatnya sosok tinggi yang sangat dikenalnya melintas diluar.
"Gacchan?"
Hyde bangkit dan melangkah keluar, bersender sebentar dipintu setelah hampir jatuh lagi. Lalu melanjutkan langkahnya menuju kanan jalan, saat dilihatnya sosok itu lagi.
Baru beberapa langkah, ia hampir terjatuh lagi kalau tidak ada sepasang tangan menangkap pinggangnya.
"Hyde?"
Hyde meronta-ronta, tangannya berusaha melepaskan tangan yang kini melingkar dipinggangnya.
"Gacchan, itu ada Gacchan. Aku harus mengejarnya."
"Aku disini, Hyde."
Hyde berhenti meronta.
"Gacchan?"
"Un."
Tiba-tiba perut Hyde terasa bergolak, dia mulai meronta lagi.
"Ada apa lagi?"
Gackt tak mau melepaskan pelukannya di pinggang Hyde.
"Aku mual, Gacchan."
"Oh."
Gackt melepaskan Hyde, yang kini bersandar didepan sebuah tong sampah, dan muntah-muntah hebat disana.
"Daijoubu?"
Gackt menatap Hyde yang berdiri lemas dan meraih tangannya, membantunya untuk berjalan. Hyde hanya mengangguk, tenaganya sudah hampir habis.
Didepan pintu villa, Hyde kembali merasa mual, Gackt yang melihat perubahan dimuka Hyde, menyadarinya, segera membuka kunci villa, dan Hyde pun berlari menuju kamar mandi.
Gackt mengikuti Hyde ke kamar mandi, merasa kuatir dengan keadaannya, disana didapatinya Hyde sedang berlutut di depan toilet, kembali memuntahkan sisa isi perutnya.
Saat Hyde terduduk kelelahan, Gackt mendekatinya, membantunya melepas bajunya yang kotor. Hyde hanya diam dan tak menolak saat Gackt membimbingnya ke bawah shower. Tapi ketika air dingin menyentuh kulitnya, ia terlonjak kaget, dan memeluk Gackt.
"Lepaskan aku, Hyde."
Terlambat bagi Gackt untuk menyadari saat Hyde menarik dirinya ikut terkena aliran air dingin itu. Kini Gackt ikut menggigil bersama dengan Hyde yang tetap diam dan memeluknya erat-erat.
Gackt tadi bermaksud menyadarkan Hyde yang masih mabuk dengan air dingin, tapi Hyde yang marah malah menariknya, maka mereka berdua kini basah kuyup, dan kedinginan.
Gackt memutar keran, aliran air dingin itu berhenti, Hyde melepas pelukannya, meninggalkan Gackt yang masih berusaha melepas bajunya yang basah kuyup. Hyde membungkus dirinya dengan mantel mandi hangat yang terbuat dari bahan handuk, dan keluar dari kamar mandi.
"Oh, great! Hyde!"
Gackt masih berkutat dengan bajunya yang tak mau lepas, karena pengaruh air, membuat bajunya yang sudah ketat semakin menempel dikulitnya.
Setelah baju sialan itu mau lepas, Gackt juga membungkus tubuhnya dengan mantel mandi yang sama seperti Hyde, yang diambilnya dari balik pintu kamar mandi.
Diruang tengah, dilihatnya Hyde duduk dan minum secangkir coklat panas. Gackt mendekatinya dan duduk disampingnya, Hyde membuang muka, tak mau melihat ke arah Gackt.
Lelah dengan sikap diam Hyde, Gackt menyalakan perapian. Suara kretek-kretek kayu terbakar segera terdengar dan kehangatan memenuhi ruangan itu, tapi orang disamping Gackt tetap diam membisu.
Kepala Hyde masih terasa agak pusing karena pengaruh alkohol, coklat panas ditangannya sudah lama habis, tapi cangkir itu tetap dipegangnya. Tangan Gackt meraih cangkir itu dan meletakkannya di meja.
Hyde tetap tak mau menatap Gackt, hingga Gackt meraih dagunya dan memaksa Hyde untuk memandangnya, tapi Hyde tetap menolak dan menunduk untuk menghindari tatapan mata Gackt.
"Hyde, melihat sikapmu seperti ini, kau pasti sudah tahu masalah yang kuhadapi."
Gackt mulai berbicara. Walaupun Hyde menunduk dan menghindari tatapan matanya, ia tahu bahwa telinga Hyde terbuka lebar.
"Dengar, Hyde, aku tak menghamili gadis itu, kencan dengannya pun tak pernah. Walaupun dia pernah bekerja menjadi stafku, belum tentu ia bertemu denganku tiap hari. Kau sendiri tahu kesibukanku, bahkan kau yang menjadi koibito-ku pun jarang bertemu denganku."
Hyde kembali menangis, ia menggigit bibir bawahnya, mencegah isakannya keluar.
"Gadis itu mencoba mencari sensasi, ia hamil dengan orang lain, dan menyalahkanku saat keluarga besarnya menanyainya. Keluarga besar gadis itu lalu mengupah orang-orang untuk merusak kantorku. Saat pers tahu berita ini, mereka mulai memberitakan yang tidak-tidak."
Tangan Gackt terulur dan merapikan rambut Hyde yang masih basah dan berantakan.
"Kau percaya padaku?"
Kepala Hyde perlahan mengangguk.
"Good."
Gackt merasa lega, tapi tak lama, karena Hyde tetap diam tak bereaksi apapun.
"Kenapa kamu tetap diam?"
Hyde mencoba menjawab, tapi saat disadarinya bahwa ia masih menangis, dan jawabannya yang keluar dari mulutnya hanya berupa isakan, ia tetap diam.
Gackt menunggu jawaban Hyde, sementara tangannya tetap merapikan rambut Hyde, membelainya dengan lembut.
Gackt mulai tak sabar karena Hyde tetap diam. Tangan kanannya yang masih bebas, kini mulai membuka ikatan mantel mandi Hyde, lalu tangannya masuk ke dalam dan menyentuh bagian paling intim Hyde.
Hyde tersentak dan menatap Gackt dengan kaget.
"Hahaha... kalau hanya dipegang saja membuatmu menatapku, akan kulakukan tiap hari."
Gackt mengedipkan matanya.
"Ga..Gacchan.."
"Ok, aku tahu kamu capek, kali ini akan kulepas, tapi tidak untuk lain kali."
Gackt tetap menyeringai saat tangannya keluar dari balik mantel mandi Hyde.
"Gacchan."
"Hm?"
"Kenapa kau tak pernah memberitahuku kalau ada masalah? Aku tahu tentang masalahmu pasti dari orang lain, hal ini sudah berkali-kali terjadi. Aku sedih, Gacchan. Aku selalu menceritakan semua yang kulalui padamu, tapi kau simpan semua masalahmu sendiri dan tak pernah mau membicarakannya denganku."
Gackt memeluk leher Hyde, membuat kening mereka saling beradu.
"Gomen. I don't want to disturb you with my problems."
"You don't. Aku akan mendengarkan semua ceritamu, Gacchan. Don't be a hero all the time."
Gackt tersenyum mendengar pernyataan terakhir Hyde.
"I guess I can try. Aku akan menceritakan semua masalahku padamu, don't get bored."
Gackt menyentuh hidung Hyde dengan hidungnya.
"Tidak akan."
Hyde mempererat pelukan Gackt.
"Gacchan."
"Hm?"
"Kita tidur disini saja, ya."
"Kenapa, kamu ingin melakukannya sekarang?"
"Bukan."
Hyde memukul dada Gackt.
"Disini terasa nyaman dan hangat, aku suka."
"Sofanya cukup besar."
Gackt menatap sofa yang didudukinya bersama Hyde.
"Un."
"Ok, we can sleep here if you want to."
"Aku akan ambil selimut dari kamar, ya."
Hyde mengambil selimut dari kamar dan menaruhnya dipangkuan Gackt.
Gackt merebahkan tubuhnya dan menarik selimut, Hyde ikut menyusul dan berbaring dalam pelukan Gackt.
"Hacchan."
"Hai?"
"Kalau jam 5 nanti aku membangunkanmu, jangan marah ya."
"Kenapa bangun jam 5?"
"Mungkin saja jam 5, aku ingin melakukannya denganmu."
"Baka."
Gackt tertawa mendengar jawaban Hyde, memeluknya erat-erat hingga Hyde meronta karena sesak napas.
TBC lageeee..... ^__^
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
kesannya kok crappy ya
gomenasai kalo jd jelek ffc nya